Busi yang dikembangkan oleh Federal-Mogul ini – salah satu produsen komponen otomotif terbesar di dunia – sangat menarik. Lihat saja gambarnya, sangat berbeda dibandingkan dengan busi konvensional yang digunakan saat ini. Desain atau konstruksi elektrodanya seperti bintang. Hasilnya, percikan bunga api yang dihasilkan juga berbeda, menyebar ke segala arah.
Federal-Mogul sebagai penemu – masih terus dikembangkan – menyebut busi ini dengan ACIS, singkatan dari Advanced Corona Ignition System. Ya, sistem pengapian cincin atau korona yang canggih.
Makin Irit
Busi yang sudah dipamerkan pada Frankfurt Motor Show 2011 ini, diklaim bisa mengubah kinerja mesin secara radikal, yaitu konsumsi bahan bakar menjadi lebih irit 10 persen. “Peningkatkan sebesar itu tidak mungkin diperoleh oleh busi konvensional,” jelas Presiden dan CEO, Federal-Mogul, Jose Maria Alapont tentang kehebatan ACIS.
Dijelaskan, busi konvensional bekerja dengan memercikan bunga api (untuk membakar campuran udara dan bahan bakar yang telah dimampatkan) dari satu titik. Setelah itu, pembakaran merambat mendorong piston ke titik mati bawah (TMB) pada langkah usaha.
Pada ACIS, ciptratan bunga api yang dihasilkan lebih besar. Pasalnya, bunga api terjadi di sekeliling puncak elektroda busi dengan membentuk cincin. Hasilnya, ionisasi atau pembakaran berlangsung lebih cepat dan efisien.
Hebatnya lagi, langsung terjadi pada lingkup yang lebih luas. Akibatnya selanjut, dengan “plasma” yang sangat tinggi, campuran udara dan bahan bakar akan lebih gampang dibakar. Bahkan, proses pembakaran dengan campuran miski dapat dilakukan lebih mudah, termasuk membakar kembali gas buang yang didaur ulang (EGR).
Cepat dan Mantap
Percikan bunga api bentuk korona atau cincin pada ACIS terjadi dalam waktu lebih cepat (singkat) namun mantap. Menurut Kristapher Mixell, Direktur Powertrain Energy dari Federal-Mogul, busi konvensional butuh waktu dua atau tiga milidetik untuk menghasilkan percikan api sedangkan ACIS hanya sekitar 100-200 mikrodetik.
Cincin percikan bunga api bisa dirancang, misalnya ber diameter 30 atau 40 mm. Dengan ini pula, pembakaran bisa dimulai di seluruh ruang bakar. “Ini membuka kemungkinan baru, bentuk ruang bakar jadi lebih efisien,” lanjut Mixell.
Mencegah Detonasi
ACIS juga diklaim dapat mengurangi detonasi, yaitu gejala campuran terbakar sendiri akibat suhu campuran bahan bakar dan udara tinggi (naik) saat dimampatkan.
Detonasi terjadi sebelum pengapian. Gejala tersebut terjadi karena adanya gelombang tekanan dari dua sumber pembakaran terpisah, yaitu detonasi dan pembakran yang dipicu oleh busi. Saat kedua pembakaran “bertabrakan” muncul ledakan keras.
Pada ACIS, hal tersebut bisa dicegah karena percikan bunga api terjadi sangat cepat dan dalam lingkup ruang yang besar. Pembakran pun bisa dikontrol.
Kompresi Tinggi
Dikatakan pula, ACIS memungkinkan perbandingan kompresi dibuat lebih tinggi. Misalnya 14:1 pada mesin tanpa turbocharger. Sedangkan untuk mesin dengan turbo, bisa 12:1 . Pasalnya, sistem mampu mencegah terjadinya detonasi. Dengan inipula, pengikisan terhadap elektroda bisa dikurangi Hasilnya, umur pakai busi ini juga lebih lama.
“Hasil pengiritan 10 pesen diperoleh melalui tes pada mesin bensin sistem injeksi langsung yang dilengkapi turbocharger,” terang Mixell. Ditambahkan, saat Ini Federal-Mogul terus mengembangkan ACIS untuk mesin dengan koill plug-in atau koil langsung di atas busi.
(sumber ;kompas.com)